Lompat ke isi

Pinus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pinus
Rentang waktu: Barremium–Kini
Catatan fosil yang mungkin berasal dari periode Jura[1]
Gambar pohon pinus
Pinus jeffreyi
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Gymnospermae
Divisi: Pinophyta
Kelas: Pinopsida
Ordo: Pinales
Famili: Pinaceae
Subfamili: Pinoideae
Genus: Pinus
L.
Spesies tipe
Pinus sylvestris
Subgenus

Lihat Daftar spesies Pinus untuk taksonomi lengkap hingga tingkat spesies. Lihat daftar pinus berdasarkan wilayah untuk daftar spesies berdasarkan persebaran geografis.

Persebaran Pinus: sirkumpolar, meliputi hutan taiga yang ekstensif, dan hampir seluruhnya berada di Belahan Bumi Utara
Sinonim
  • Apinus de Necker ex Rydberg
  • Caryopitys Small
  • Cembra Opiz
  • Ducampopinus Chevalier
  • Haploxylon (Koehne) Komarov
  • Leucopitys Nieuwland
  • Pinea Wolf ex Opiz
  • Strobus (Sweet ex Spach) Opiz

Pinus adalah semua konifer dalam genus Pinus (/ˈp.nəs/[2]) dari famili Pinaceae. Pinus merupakan satu-satunya genus dalam subfamili Pinoideae. Spesies-spesiesnya berupa pohon atau semak hijau abadi dengan dedaunan yang tumbuh dalam ikatan, biasanya terdiri dari 2 hingga 5 jarum. Bijinya berada pada runjung berkayu, dengan dua biji pada setiap sisik runjung.

Pinus tersebar luas di Belahan Bumi Utara; mereka menempati area luas di taiga (hutan boreal), namun juga ditemukan di banyak habitat, termasuk Cekungan Mediterania, dan hutan tropis kering di Asia Tenggara serta Amerika Tengah. Beberapa spesies bersifat tahan api atau bergantung pada api.

Pohon pinus menyediakan salah satu jenis kayu yang paling ekstensif digunakan. Bijinya dimanfaatkan untuk membuat hidangan seperti pesto, sementara anggur retsina diberi perisa getah pinus.

Deskripsi

[sunting | sunting sumber]

Pohon pinus adalah pohon konifer hijau abadi yang berdamar (atau, jarang berupa, semak) yang tumbuh setinggi 3–80 meter (10–260 kaki), dengan mayoritas spesies mencapai ketinggian 15–45 m (50–150 ft).[3] Yang terkecil adalah Pinus pumila (pinus kerdil siberia) dan Pinus culminicola (potosí pinyon), sedangkan yang tertinggi adalah pinus gula (Pinus lambertiana) setinggi 83,45 m (273,8 ft) yang habitatnya ditemui di Taman Nasional Yosemite.[4]

Pinus berumur panjang dan lazimnya mencapai usia 100–1.000 tahun, bahkan ada yang lebih lama. Pohon pinus tertua yang diketahui adalah pinus bristlecone Great Basin (Pinus longaeva). Satu individu pinus di Pegunungan White di California, yang dijuluki "Methuselah", termasuk di antara organisme hidup tertua di dunia dengan usia sekitar 4.800 tahun.[5] Sebuah pohon yang lebih tua di dekat Puncak Wheeler, yang kini telah ditebang, diperkirakan berusia 4.900 tahun.[6][7]

Spiral cabang, jarum, dan sisik runjung tersusun dalam rasio bilangan Fibonacci.[8][9]

Pepagan pada sebagian besar pinus tebal dan bersisik, namun beberapa spesies memiliki pepagan yang tipis dan mengelupas. Cabang-cabangnya dihasilkan dalam "karangan semu" (pseudo-whorls), yang sebenarnya merupakan spiral yang sangat rapat namun tampak seperti cincin cabang yang muncul dari titik yang sama. Banyak pinus bersifat uninodal, yakni hanya menghasilkan satu karangan cabang seperti itu setiap tahunnya, dari tunas di ujung pucuk baru tahun tersebut, namun spesies lain bersifat multinodal, yang menghasilkan dua atau lebih karangan cabang per tahun.[10]

Pinus memiliki empat jenis daun:[10]

  • Daun biji (kotiledon) pada bibit muncul dalam satu karangan berjumlah 4–24 helai.
  • Daun juvenil, yang tumbuh tepat setelahnya pada bibit dan tanaman muda, memiliki panjang 2–6 sentimeter (342+14 inci), tunggal, berwarna hijau atau sering kali hijau kebiruan, dan tersusun secara spiral pada pucuk. Daun ini diproduksi selama enam bulan hingga lima tahun, jarang lebih lama dari itu.
  • Daun sisik, mirip dengan sisik tunas, berukuran kecil, berwarna cokelat dan tidak berfotosintesis, serta tersusun secara spiral seperti daun juvenil.
  • Jarum, yakni daun dewasa, berwarna hijau (berfotosintesis) dan terikat dalam tandan yang disebut fasikula. Jumlah jarum dapat berkisar dari satu hingga tujuh per fasikula, namun umumnya berjumlah dua hingga lima. Setiap fasikula dihasilkan dari tunas kecil pada pucuk kerdil di ketiak daun sisik. Sisik tunas ini sering kali tetap berada pada fasikula sebagai selubung basal. Jarum bertahan selama 1,5–40 tahun, tergantung pada spesiesnya. Jika ujung tumbuh pucuk rusak (misalnya dimakan hewan), fasikula jarum tepat di bawah kerusakan tersebut akan menghasilkan tunas penghasil batang, yang kemudian dapat menggantikan ujung pertumbuhan yang hilang.

Pinus bersifat monoesis, yakni memiliki runjung jantan dan betina pada pohon yang sama.[11]:205 Runjung jantan berukuran kecil, biasanya panjangnya 1–5 cm, dan hanya ada untuk periode singkat (biasanya pada musim semi, meskipun pada musim gugur di beberapa pinus), dan gugur segera setelah melepaskan polen mereka. Runjung betina membutuhkan waktu 1,5–3 tahun (tergantung pada spesies) untuk matang setelah penyerbukan, dengan pembuahan yang sebenarnya tertunda satu tahun. Saat matang, runjung betina memiliki panjang 3–60 cm. Setiap runjung memiliki banyak sisik yang tersusun secara spiral, dengan dua biji pada setiap sisik yang subur; sisik pada bagian pangkal dan ujung runjung berukuran kecil dan steril tanpa biji.[10]

Bijinya (kacang pinus) sebagian besar kecil dan bersayap, serta bersifat anemokorus (disebarkan oleh angin). Beberapa ada yang lebih besar, hanya memiliki sayap vestigial, dan disebarkan oleh burung. Runjung betina berkayu dan terkadang memiliki "senjata" (duri) untuk melindungi biji yang sedang berkembang dari hewan pencari makan. Saat matang, runjung biasanya membuka untuk melepaskan biji. Pada beberapa spesies yang disebarkan oleh burung, misalnya pinus kulit putih,[12] biji hanya dilepaskan jika burung memecahkan runjung tersebut hingga terbuka. Pada spesies lain, biji disimpan dalam runjung tertutup selama bertahun-tahun hingga isyarat lingkungan memicu runjung untuk membuka dan melepaskan bijinya. Hal ini disebut serotini. Bentuk serotini yang paling umum adalah pirisensi, di mana resin mengikat runjung hingga tertutup rapat sampai resin tersebut meleleh akibat kebakaran hutan, misalnya pada P. radiata dan P. muricata. Biji kemudian dilepaskan setelah kebakaran, memungkinkan mereka untuk mengolonisasi tanah yang terbakar dengan kompetisi minimal dari tanaman lain.[10][13]

Kata pinus dalam bahasa Indonesia diambil dari nama genusnya Pinus yang berasal dari bahasa Latin.[14] Nama Inggris modern "pine" juga berasal dari bahasa Latin pinus, yang berakar dari kata dasar Indo-Eropa *pīt- 'resin'.[15] Sebelum abad ke-19, pinus sering disebut fir, sebuah nama yang kini diterapkan untuk genus lain, Abies. Dalam beberapa bahasa Eropa, kognat Jermanik dari nama Nordik Kuno masih digunakan untuk menyebut pinus, seperti dalam bahasa Denmark fyrdan bahasa Jerman Föhre.[16] Genus Pinus dinamai oleh Carl Linnaeus pada tahun 1753. Pinus sylvestris, pinus Skotlandia, kemudian dipilih sebagai spesies tipe.[17][18]

Sejarah fosil

[sunting | sunting sumber]

Pinaceae, famili pinus, pertama kali muncul pada periode Jura.[19] Genus Pinus pertama kali muncul selama Kapur Awal; fosil terverifikasi tertua adalah Pinus yorkshirensis dari perbatasan Hauterivium-Barremium (~130–125 juta tahun yang lalu) di Lempung Speeton, Inggris.[20] Namun, terdapat kemungkinan catatan mengenai keberadaan genus ini dari periode Jura.[21]

Filogeni eksternal

[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan analisis transkriptom, Pinus memiliki kekerabatan paling dekat dengan genus Cathaya, yang selanjutnya berkerabat dekat dengan genus Picea (cuk). Genus-genus ini, bersama dengan fir dan larch, membentuk klad pinoid dari famili Pinaceae.[22]

Pinaceae
Abietoideae

(fir, aras, hemlock)
Pinoideae
Lariceae
Pseudotsuga

(fir Douglas)
Larix

(larch)
Pineae
Cathaya

(1 sp.)
Picea

(cuk)

Pinus

Filogeni internal

[sunting | sunting sumber]

Sejarah evolusi genus Pinus menjadi rumit oleh adanya hibridisasi. Pinus memiliki kecenderungan untuk melakukan perkawinan silang antarspesies. Penyerbukan oleh angin, rentang hidup yang panjang, generasi yang tumpang tindih, ukuran populasi yang besar, dan lemahnya isolasi reproduksi menjadikan perkembangbiakan lintas spesies lebih berpeluang terjadi. Seiring dengan diversifikasi pinus, transfer gen di antara spesies yang berbeda telah menciptakan sejarah kekerabatan genetik yang kompleks.[23][24] Penelitian yang menggunakan himpunan data genetik besar telah memperjelas hubungan-hubungan ini.[25] Dua filogeni dari abad ke-21 disajikan di bawah ini; perbedaan di antara keduanya memperlihatkan kerumitan tersebut:

Jin et al. 2021[26] Stull et al. 2021[22]
Pinus
(Strobus)
(Pinus)
seksi
Pinus
seksi
Trifoliae
Pinus
(Strobus)
(Pinus)
seksi
Pinus
seksi
Trifoliae

Taksonomi

[sunting | sunting sumber]

Pinus adalah gymnospermae. Genus ini dibagi menjadi dua subgenus berdasarkan jumlah berkas fibrovaskular pada jarum, serta ada atau tidaknya segel resin pada sisik runjung matang sebelum terbuka. Kedua subgenus ini dapat dibedakan berdasarkan karakter runjung, biji, dan daun:[10]

  • Pinus subg. Pinus, kelompok pinus kuning atau pinus keras, dengan runjung yang memiliki segel resin pada sisiknya, dan umumnya memiliki kayu yang lebih keras; fasikula jarum sebagian besar memiliki selubung persisten (dua pengecualian, Pinus leiophylla dan Pinus lumholtzii, memiliki selubung yang luruh).[10] 
  • Pinus subg. Strobus, sin. Pinus subg. Ducampopinus, kelompok pinus putih atau pinus lunak, dan pinus pinyon, dengan runjung tanpa segel resin pada sisiknya, dan biasanya memiliki kayu yang lebih lunak; fasikula jarum sebagian besar memiliki selubung yang luruh (satu pengecualian, Pinus nelsonii, memiliki selubung persisten).[10] 

Bukti filogenetik mengindikasikan bahwa kedua subgenus tersebut telah berdivergensi satu sama lain sejak masa lampau.[22] Setiap subgenus dibagi lagi menjadi seksi dan subseksi.[25]

World Flora Online menerima 134 takson tingkat spesies (119 spesies dan 15 notospesies) pinus sebagai takson yang berlaku saat ini, dengan sinonim tambahan,[27] dan Plants of the World Online menerima 126 takson tingkat spesies (113 spesies dan 13 notospesies),[28] menjadikannya genus terbesar di antara para konifer. Keanekaragaman spesies pinus tertinggi ditemukan di Meksiko.[29][30][31]

Persebaran

[sunting | sunting sumber]

Pinus adalah tanaman asli Belahan Bumi Utara, dengan spesies terbanyak terdapat di Amerika Utara, beberapa di Asia, dan sedikit di Eropa. Hanya dua spesies, Pinus sylvestris dan Pinus sibirica, yang tumbuh di lebih dari satu wilayah tersebut (Asia dan Eropa).[32] Mereka menempati area luas di hutan boreal (taiga) pada garis lintang antara 50° dan 60° LU; sekitar sepertiga dari bioma ini berada di Amerika Utara dan Skandinavia, sisanya di Siberia.[33] Spesies paling utara adalah pinus Skotlandia, yang jangkauannya mencapai sedikit di utara 70° LU di Taman Nasional Stabbursdalen di Norwegia;[34] Satu spesies, Pinus merkusii, melintasi khatulistiwa di Sumatra hingga 2°LS.[35] Di Amerika Utara, berbagai spesies tumbuh di wilayah pada garis lintang mulai dari sejauh 66° LU[35] dan ke selatan hingga 12° LU.[36]

Berbagai spesies telah diintroduksi ke wilayah beriklim sedang dan subtropis di kedua belahan bumi, di mana mereka ditanam sebagai kayu atau dibudidayakan sebagai tanaman hias di taman dan kebun. Sejumlah spesies introduksi tersebut telah ternaturalisasi, dan spesies seperti Pinus radiata dianggap invasif di beberapa wilayah.[37]

Faktor lingkungan

[sunting | sunting sumber]

Pinus tumbuh di lingkungan yang sangat bervariasi, mulai dari gurun semi-gersang hingga hutan hujan, dari permukaan laut hingga ketinggian 5.200 m (17.100 ft), dari lingkungan terdingin hingga terpanas di Bumi. Mereka sering ditemukan di daerah pegunungan dengan tanah yang subur.[38]

Pinus contorta adalah spesies yang bergantung pada api, yang membutuhkan kebakaran hutan untuk mempertahankan populasi yang sehat dengan beragam usia.[39] Pinus canariensis sangat tahan api,[40] dengan adaptasi seperti menumbuhkan tunas epikormik setelah kehilangan jarumnya akibat kebakaran.[41] Beberapa spesies seperti Pinus muricata membutuhkan api untuk membuka runjung mereka, yang memungkinkan mereka menyebarkan bijinya. [42] Pinus lain seperti Pinus mugo[43] dan Pinus yunnanensis dapat tumbuh di ketinggian tinggi.[44] Beberapa pinus, seperti Pinus sabiniana, beradaptasi untuk tumbuh di iklim semigurun yang panas dan kering.[45]

Interaksi spesies

[sunting | sunting sumber]

Jarum pinus berfungsi sebagai makanan bagi larva ulat dari beberapa spesies ngengat termasuk ngengat pine beauty, hama pada tegakan pohon pinus dewasa,[46] dan ngengat hawk-moth pinus, spesies besar yang hanya menyebabkan kerusakan sesekali.[47]  Beberapa ngengat, terutama ulat kantong prosesi pinus (pine processionary), yang ulatnya dapat menggunduli pohon pinus sepenuhnya,[48][49][50] dan ngengat lappet pohon pinus, adalah hama serius bagi kehutanan komersial.[51]

Beberapa spesies pinus diserang oleh nematoda, yang menyebabkan penyakit layu pinus, yang dapat mematikan pohon dengan cepat. [52][53] Lalat gergaji Diprion pini juga merupakan hama kehutanan pinus komersial yang serius, terutama pada Pinus sylvestris.[54] Beberapa burung seperti pemecah kacang (nutcracker) adalah pemakan khusus biji pinus, dan berperan penting dalam menyebarkan biji secara luas.[55][56] Burung paruh silang bergantung pada biji Pinus sylvestris di Skotlandia, dan juga sangat membantu penyebaran biji, sedangkan tupai merah memakan bijinya namun hanya sedikit berkontribusi pada penyebaran biji.[57] Serbuk sari pinus dapat berkontribusi pada jaring-jaring makanan yang melibatkan detritivora. Nutrisi dari serbuk sari membantu detritivora dalam perkembangan, pertumbuhan, dan pematangan, serta memungkinkan jamur untuk menguraikan serasah tanaman yang rendah nutrisi.[58] Jamur basidiomisetes yang dapat dimakan Boletus pinophilus (bolete pinus) membentuk hubungan ektomikoriza dengan pinus seperti P. cembra, P. nigra, dan P. sylvestris. [59] 

Pinus merupakan salah satu spesies pohon yang paling penting secara komersial, dihargai karena kayu dan bubur kayunya di seluruh dunia.[60][61]  Di wilayah beriklim sedang dan tropis, mereka adalah kayu lunak yang tumbuh cepat dan hidup dalam tegakan yang relatif padat. Pinus komersial ditanam di perkebunan untuk mendapatkan kayu yang lebih padat dan karenanya lebih tahan lama dibandingkan cuk (Picea). Kayu pinus digunakan secara luas dalam barang pertukangan bernilai tinggi seperti furnitur, bingkai jendela, panel, lantai, dan atap karena ketersediaannya yang melimpah dan biaya yang rendah.[62]

Oleh karena kayu pinus memiliki resistensi yang rendah terhadap serangga atau pembusukan setelah penebangan, dalam keadaan tidak dirawat umumnya direkomendasikan untuk tujuan konstruksi dalam ruangan saja, seperti pembingkaian dinding kering (drywall). Kayu ini umum digunakan dalam kayu yang dinilai berdasarkan Standar Kayu Kanada (Canadian Lumber Standard).[63] Untuk penggunaan luar ruangan, pinus perlu diawetkan dengan tembaga azol, tembaga kromat arsenat, atau pengawet kimia lain yang sesuai.[64]

Kegunaan hias

[sunting | sunting sumber]

Banyak pohon pinus menjadi tanaman hias yang menarik untuk taman dan kebun yang lebih besar, sementara kultivar kerdil cocok untuk ruang yang lebih kecil. Terdapat setidaknya 818 kultivar (atau trinomial) bernama yang diakui oleh American Conifer Society ACS.[65]

Bijinya (kacang pinus) umumnya dapat dimakan; runjung jantan muda dapat dimasak dan dimakan, begitu pula kulit kayu dari ranting muda.[66] Beberapa spesies memiliki kacang pinus yang besar, yang dipanen dan dijual untuk memasak dan memanggang. Kacang ini merupakan bahan dari pesto alla genovese.[67]

Kulit kayu bagian dalam yang lunak, lembap, dan berwarna putih (kambium) di bawah kulit kayu luar yang berkayu dapat dimakan dan sangat tinggi kandungan vitamin A dan vitamin C.

[Image of tree trunk cross section anatomy] [65] Bagian ini dapat dimakan mentah dalam irisan sebagai camilan atau dikeringkan dan digiling menjadi bubuk untuk digunakan sebagai tepung pengganti atau pengental dalam rebusan, sup, dan makanan lain, seperti roti pepagan.[68] Penggunaan kambium pinus memberi nama pada suku Indian Adirondack, dari kata Indian Mohawk atirú:taks, yang berarti "pemakan pohon".[68]

Teh herbal dibuat dengan menyeduh jarum pinus muda yang berwarna hijau dalam air mendidih (dikenal sebagai tallstrunt di Swedia).[68] Di Asia Timur, pinus dan konifer lainnya diterima di kalangan konsumen sebagai produk minuman, dan digunakan dalam teh, serta anggur.[69]  Di Yunani, anggur retsina diberi perisa resin dari Pinus halepensis (pinus Aleppo).[70]

Kegunaan lain

[sunting | sunting sumber]

Minyak terpentin, yang secara tradisional digunakan sebagai pelarut dalam cat, resin, dan vernis, diekstraksi dari resin pinus[71] atau kayu pinus.[72] Jarum pinus dianyam menjadi keranjang di Amerika Latin.[73] Dalam pengobatan tradisional Tionghoa, resin pinus digunakan untuk luka bakar, luka, dan keluhan kulit.[74] Batangan tinta Tiongkok untuk kaligrafi sering kali terbuat dari jelaga pinus, yang menghasilkan tinta hitam matte (tak mengilap) ketika dicampur dengan air.[75] Jarum pinus telah digunakan oleh desainer Latvia Tamara Orjola untuk menciptakan produk-produk biodegradabel (dapat terurai hayati) termasuk kertas, furnitur, tekstil, dan pewarna.[76]

Sebuah gerakan dari puisi nada Pines of Rome karya Respighi menggambarkan pinus batu di Taman Villa Borghese.[77]

Di Mesir kuno, dewa Osiris dihormati dengan sebuah citra yang ditempatkan di dalam rongga pada pohon pinus. Di Yunani kuno, dewi Pitthea dikaitkan dengan pinus, sementara di Romawi kuno, pohon ini dipuja dalam festival dewa Attis dan dewi Cybele.[78] Dewa anggur Yunani, Dionysus (juga disebut Bacchus), diasosiasikan dengan pinus sebagai simbol kesuburan, dan para pemujanya membawa tongkat yang berujung runjung pinus (tirsus), sebuah simbol falus.[78] Orang Buryat di Siberia memuja hutan kecil Pinus sylvestris, sementara para Druid Keltik kuno menandai titik balik matahari musim dingin (solstis) dengan api unggun dari spesies yang sama.[78] 

Pada tahun 1924, komponis Italia Ottorino Respighi menyelesaikan puisi nadanya Pines of Rome. Masing-masing dari empat gerakannya menggambarkan latar yang tertutup pinus di kota Roma, yakni Taman Villa Borghese, di dekat sebuah katakombe, di Bukit Janiculum, dan di sepanjang Jalan Appia.[77]

Pinus sering ditampilkan dalam lukisan. Sebuah studi tahun 2021 mencantumkan lebih dari seratus karya: banyak di antaranya oleh seniman dari wilayah Mediterania, seperti Paul Cézanne dan Jean-Baptiste-Camille Corot; Eropa Utara, seperti Akseli Gallen-Kallela dan James William Giles; serta Amerika Utara, dengan karya-karya oleh Tom Thomson dan lainnya. Lukisan-lukisan tersebut sering menggambarkan Pinus pinea di tepi Laut Mediterania; spesies lain meliputi P. sylvestris dan P. pinaster.[79] Pinus merupakan motif khusus dalam seni dan sastra Tiongkok, yang terkadang menggabungkan lukisan dan puisi dalam karya yang sama. Pinus melambangkan umur panjang dan keteguhan hati, karena ia mempertahankan jarum hijaunya sepanjang tahun. Terkadang pinus dan sipres disandingkan. Di lain waktu, pinus, prem, dan bambu dianggap sebagai "Tiga Kawan Musim Dingin".[80]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. Anderson, J. M., H. M. (1985). "Palaeoflora of Southern Africa. Prodromus of South African Megafloras Devonian to Lower Cretaceous". Botanical Research Institute. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)
  2. "Pinus". Medical Definition of PINUS. Merriam-Webster Medical Dictionary.
  3. Fattig, Paul (23 January 2011). "Tallest of the tall". Mail Tribune. Medford, Oregon. Diarsipkan dari asli tanggal 23 September 2012. Diakses tanggal 27 January 2011.
  4. "3 Sierra sugar pines added to list of 6 biggest in world". Associated Press. South Lake Tahoe, California. 31 Jan 2021. Diakses tanggal 13 Feb 2023.
  5. Ryan, Michael; Richardson, David M. (December 1999). "The Complete Pine". BioScience. 49 (12): 1023–1024. doi:10.2307/1313736. JSTOR 1313736.
  6. Miranda, Carolina A. (28 February 2015). "Follow-up: More tales of the Prometheus tree and how it died". Los Angeles Times. Diakses tanggal 16 October 2020.
  7. Eveleth, Rose (15 November 2012). "How One Man Accidentally Killed the Oldest Tree Ever". Smithsonian. Smithsonian Institution. Diakses tanggal 16 October 2020.
  8. Zeng, Lanling; Wang, Guozhao (2009). "Modeling golden section in plants". Progress in Natural Science. 19 (2): 255–260. Bibcode:2009PNSMI..19..255Z. doi:10.1016/j.pnsc.2008.07.004. The ratio between two pine needles is 0.618 [...] the angle between the two neighbors is about 135° and the angle between the main stem and each branch is close to 34.4° which is the golden section of 90°
  9. Bracewell, Ronald; Rawlings, John. "Pinus (Pine) Notes". Trees of Stanford. Diakses tanggal 2 February 2020.
  10. 1 2 3 4 5 6 7 Royal Horticultural Society Dictionary of Gardening. Vol. 3. Macmillan Press; Stockton Press. 1992. hlm. 582–594. ISBN 1-56159-001-0.
  11. Judd, W.S.; Campbell, C.S.; Kellogg, E.A.; Stevens, P.F.; Donoghue, M.J. (2002). Plant systematics, a phylogenetic approach (Edisi 2). Sinauer Associates. ISBN 0-87893-403-0.
  12. Tomback, Diana F. (June 1982). "Dispersal of Whitebark Pine seeds by Clark's Nutcracker: a mutualism hypothesis". The Journal of Animal Ecology. 51 (2): 451–467. Bibcode:1982JAnEc..51..451T. doi:10.2307/3976. JSTOR 3976.
  13. Rushforth, Keith (1987-01-01). Conifers. London: Christopher Helm Publishers. hlm. 158–192. ISBN 0-7470-2801-X.
  14.  Arti kata pinus dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
  15. "Where Are You From? - Credo Reference". credoreference.com.
  16. Vedel, Helge; Lange, Johan (1960). Trees and Bushes in Wood and Hedgerow. London: Methuen. hlm. 123–124.
  17. Linnaeus, Carolus (1753). Species plantarum: exhibentes plantas rite cognitas, ad genera relatas, cum differentiis specificis, nominibus trivialibus, synonymis selectis, locis natalibus, secundum systema sexuale digestas. Tomus I & II. Stockholm: Impensis Laurentii Salvii. hlm. 1000.
  18. Price, R. A.; Liston, A.; Strauss, S. H. (1998). "Phylogeny and systematics of Pinus". Dalam Richardson, D. M. (ed.). Ecology and Biogeography of Pinus. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 49–68. ISBN 978-0-521-55176-2.
  19. Ran, Jin-Hua; Shen, Ting-Ting; Wu, Hui; Gong, Xun; Wang, Xiao-Quan (December 2018). "Phylogeny and evolutionary history of Pinaceae updated by transcriptomic analysis". Molecular Phylogenetics and Evolution. 129: 106–116. Bibcode:2018MolPE.129..106R. doi:10.1016/j.ympev.2018.08.011. PMID 30153503. S2CID 52110440.
  20. Ryberg, Patricia E.; Rothwell, Gar W.; Stockey, Ruth A.; Hilton, Jason; Mapes, Gene; Riding, James B. (2012). "Reconsidering Relationships among Stem and Crown Group Pinaceae: Oldest Record of the Genus Pinus from the Early Cretaceous of Yorkshire, United Kingdom". International Journal of Plant Sciences. 173 (8): 917–932. Bibcode:2012IJPlS.173..917R. doi:10.1086/667228. S2CID 85402168.
  21. "Ralikhomo tracksite (zone C/3) (Jurassic of Lesotho)". PBDB.org.
  22. 1 2 3 Stull, Gregory W.; Qu, Xiao-Jian; Parins-Fukuchi, Caroline; Yang, Ying-Ying; Yang, Jun-Bo; et al. (July 19, 2021). "Gene duplications and phylogenomic conflict underlie major pulses of phenotypic evolution in gymnosperms". Nature Plants. 7 (8): 1015–1025. Bibcode:2021NatPl...7.1015S. doi:10.1038/s41477-021-00964-4. ISSN 2055-0278. PMID 34282286. S2CID 236141481. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal January 10, 2022. Diakses tanggal January 10, 2022.
  23. Hernández-León, Sergio; Gernandt, David S.; Pérez de la Rosa, Jorge A.; Jardón-Barbolla, Lev (2013-07-30). "Phylogenetic relationships and species delimitation in Pinus section Trifoliae inferred from plastid DNA". PLOS ONE. 8 (7) e70501. Bibcode:2013PLoSO...870501H. doi:10.1371/journal.pone.0070501. PMC 3728320. PMID 23936218.
  24. Flores-Rentería, Lluvia; Wegier, Ana; Ortega Del Vecchyo, Diego; Ortíz-Medrano, Alejandra; Piñero, Daniel; et al. (December 2013). "Genetic, morphological, geographical and ecological approaches reveal phylogenetic relationships in complex groups, an example of recently diverged pinyon pine species (Subsection Cembroides)". Molecular Phylogenetics and Evolution. 69 (3): 940–9. Bibcode:2013MolPE..69..940F. doi:10.1016/j.ympev.2013.06.010. PMID 23831459.
  25. 1 2 Gernandt, David S.; López, Gretel Geada; García, Sol Ortiz; Liston, Aaron (2005). "Phylogeny and classification of Pinus" (PDF). Taxon. 54 (1): 29–42. Bibcode:2005Taxon..54...29G. doi:10.2307/25065300. JSTOR 25065300.
  26. Jin, Wei-Tao; Gernandt, David S.; Wehenkel, Christian; Xia, Xiao-Mei; Wei, Xiao-Xin; Wang, Xiao-Quan (May 2021). "Phylogenomic and ecological analyses reveal the spatiotemporal evolution of global pines". PNAS. 118 (20) e2022302118. Bibcode:2021PNAS..11822302J. doi:10.1073/pnas.2022302118. PMC 8157994. PMID 33941644.
  27. "Pinus (L.)". World Flora Online. 2022. Diakses tanggal 14 August 2022.
  28. "Plants of the World Online". Plants of the World Online. 2013-10-14. Diakses tanggal 2025-01-20.
  29. Wehenkel, C.; Mariscal-Lucero, S.; Jaramillo-Correa, J.P.; López-Sánchez, C.A. "Genetic diversity and conservation of Mexican forest trees". Forest Service. US Department of Agriculture. Diakses tanggal 1 November 2024.
  30. Farjon, Aljos (1996). "Biodiversity of Pinus (Pinaceae) in Mexico: speciation and palaeo-endemism". Botanical Journal of the Linnean Society. 121 (4): 365–384. Bibcode:1996BJLS..121..365F. doi:10.1111/j.1095-8339.1996.tb00762.x. Diakses tanggal 1 November 2024.
  31. Romero-Sanchez, Martin Enrique; Perez-Miranda, Ramiro; Gonzalez-Hernandez, Antonio; Valerio Velasco-Garcia, Mario; Velasco-Bautista, Efraín; Andrés, Flores (2018). "Current and Potential Spatial Distribution of Six Endangered Pine Species of Mexico: Towards a Conservation Strategy". Forests. 9 (12): 767. Bibcode:2018Fore....9..767R. doi:10.3390/f9120767.
  32. Nobis, Michael P.; Traiser, Christopher; Roth-Nebelsick, Anita (1 March 2012). "Latitudinal variation in morphological traits of the genus Pinus and its relation to environmental and phylogenetic signals". Plant Ecology & Diversity. 5 (1): 1–11. Bibcode:2012PlEcD...5....1N. doi:10.1080/17550874.2012.687501.
  33. "The forest biome". University of California Museum of Paleontology. Diarsipkan dari asli tanggal 20 June 2019. Diakses tanggal 12 May 2019.
  34. "Stabbursdalen Nasjonalpark" (PDF). Diakses tanggal 2025-01-20.
  35. 1 2 Critchfield, William B.; Little, Elbert L. (1966). Geographic Distribution of the Pines of the World. Washington: USDA Forest Service.
  36. Singh, Surendra P.; Inderjit; Singh, Jamuna S.; Majumdar, Sudipto; Moyano, Jaime; Nuñez, Martin A.; Richardson, David M. (2018-09-21). "Insights on the persistence of pines (Pinus species) in the Late Cretaceous and their increasing dominance in the Anthropocene". Ecology and Evolution. 8 (20): 10345–10359. Bibcode:2018EcoEv...810345S. doi:10.1002/ece3.4499. PMC 6206191. PMID 30398478.
  37. "Pinus ssp. (tree), General Impact". Global Invasive Species Database. Invasive Species Specialist Group. 13 March 2006. Diarsipkan dari asli tanggal 26 July 2011. Diakses tanggal 2 March 2011.
  38. "Pine Trees". Basic Biology. 30 August 2020. Diakses tanggal 2019-10-31.
  39. Schoennagel, Tania; Veblen, Thomas (2004). "The Interaction of Fire, Fuels and Climate across Rocky Mountain Forests". BioScience. 54 (7): 661–676. doi:10.1641/0006-3568(2004)054[0661:TIOFFA]2.0.CO;2.
  40. "The most fire-resistant pine in the world". Forest Monitor. 9 January 2017. Diakses tanggal 2022-09-23.
  41. Clarke, P. J.; Lawes, M. J.; Midgley, J. J.; Lamont, B. B.; Ojeda, F.; et al. (January 2013). "Resprouting as a key functional trait: how buds, protection and resources drive persistence after fire". New Phytologist. 197 (1): 19–35. Bibcode:2013NewPh.197...19C. doi:10.1111/nph.12001. PMID 23110592.
  42. Moore; Kershner, Bruce, Gerry; Craig Tufts; Daniel Mathews; Gil Nelson; et al. (2008). National Wildlife Federation Field Guide to Trees of North America. New York: Sterling. hlm. 90. ISBN 978-1-4027-3875-3.
  43. Solár, Jaroslav; Janiga, Marián (2013). "Long-term Changes in Dwarf Pine ( Pinus mugo ) Cover in the High Tatra Mountains, Slovakia" (PDF). Mountain Research and Development. 33 (1): 51–62. Bibcode:2013MRDev..33...51S. doi:10.1659/MRD-JOURNAL-D-12-00079.1.
  44. Sun, Yan-Qiang; Zhao, Wei; Xu, Chao-Qun; Xu, Yulan; El-Kassaby, Yousry A.; De La Torre, Amanda R.; Mao, Jian-Feng (11 February 2020). "Genetic Variation Related to High Elevation Adaptation Revealed by Common Garden Experiments in Pinus yunnanensis". Frontiers in Genetics. 10 1405. doi:10.3389/fgene.2019.01405. PMC 7027398. PMID 32117429.
  45. "Pinus sabiniana Dougl". www.srs.fs.usda.gov. Diakses tanggal 2022-05-04.
  46. Hicks, B. J.; Barbour, D. A.; Evans, H. F.; Heritage, S.; Leather, S. R.; Milne, R.; Watt, A. D. (2001). "The history and control of the pine beauty moth, Panolis flammea (D. & S.) (Lepidoptera: Noctuidae), in Scotland from 1976 to 2000". Agricultural and Forest Entomology. 3 (3): 161–168. doi:10.1046/j.1461-9555.2001.00106.x.
  47. "Sphinx pinastri: Pine hawk-moth". Forest Pests Europe. Diakses tanggal 2 September 2025.
  48. "Thaumetopoea pityocampa Pine processionary moth". Forest Pests Europe. Diakses tanggal 2 September 2025.
  49. Bonnet, Catherine; Martin, Jean-Claude; Mazet, René (2008). "La Processionnaire du Pin" [The Pine Processionary] (PDF). Stantari (dalam bahasa Prancis) (14 (August–October 2008)). INRA: 29–33. Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 4 October 2011. Diakses tanggal 2 October 2021.
  50. Kerdelhué, Carole; Zane, Lorenzo; Simonato, Mauro; Salvato, Paola; Rousselet, Jérôme; Roques, Alain; Battisti, Andrea (2009). "Quaternary history and contemporary patterns in a currently expanding species". BMC Evolutionary Biology. 9 (1): 220. Bibcode:2009BMCEE...9..220K. doi:10.1186/1471-2148-9-220. ISSN 1471-2148. PMC 2753568. PMID 19732434. publikasi akses terbuka - bebas untuk dibuka
  51. "Pine tree lappet moth in Scotland". Scottish Forestry. Diakses tanggal 1 September 2025.
  52. Bursaphelenchus xylophilus, Pine Wilt Nematode. Nematology. University of Nebraska, Lincoln.
  53. Bursaphelenchus xylophilus. Diarsipkan January 4, 2012, di Wayback Machine. Nemaplex. UC Davis.
  54. "Diprion pini" (PDF). Cooperative Agricultural Pest Survey. July 2015. Diakses tanggal 19 August 2025.
  55. Lanner, Ronald M. (1996). Made for each other: A symbiosis of birds and pines. Oxford: Oxford University Press. hlm. 61–75. ISBN 0-19-508-903-0.
  56. Tomback, Diana F. (2016). "7". Dalam Sekercioglu, Cagan; Wenny, Daniel G.; Whelan, Christopher J. (ed.). Why birds matter: avian ecological function and ecosystem services. Chicago: University of Chicago Press. hlm. 201. ISBN 978-0-226-38263-0.
  57. Summers, Ron W. (2011). "Patterns of exploitation of annually varying Pinus sylvestris cone crops by seed-eaters of differing dispersal ability". Ecography. 34 (5): 723–728. Bibcode:2011Ecogr..34..723S. doi:10.1111/j.1600-0587.2010.06498.x.
  58. Filipiak, Michał (2016-01-01). "Pollen Stoichiometry May Influence Detrital Terrestrial and Aquatic Food Webs". Frontiers in Ecology and Evolution. 4: 138. Bibcode:2016FrEEv...4..138F. doi:10.3389/fevo.2016.00138.
  59. Gallardi, Matteo (2020). "Diversity, Biogeographic Distribution, Ecology, and Ectomycorrhizal Relationships of the Edible Porcini Mushrooms (Boletus s. str., Boletaceae) Worldwide: State of the Art and an Annotated Checklist". Dalam Pérez-Moreno, Jesús; Guerin-Laguette, Alexis; Arzú, Roberto Flores; Yu, Fu-Qiang (ed.). Mushrooms, Humans and Nature in a Changing World: Perspectives from Ecological, Agricultural and Social Sciences. Cham, Switzerland: Springer. hlm. 236–237. ISBN 978-3-030-37378-8.
  60. "Choosing a Timber Species - Timber Frame HQ". Timber Frame HQ. Diakses tanggal 2018-01-04.
  61. "Trees for pulp" (PDF). Paper.org. Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2017-11-18. Diakses tanggal 2018-01-04.
  62. Wiemann, M. C. (2010). Characteristics and Availability of Commercially Important Woods. In Wood handbook: Wood as an engineering material (pp. 2-2-2–45). Chapter, Forest Products Laboratory; For sale by the Supt. of Docs., U.S. Govt. https://research.fs.usda.gov/treesearch/37440
  63. Jenkins, Steve (2023-09-03). "What is CLS timber and what DIY projects is it good for?". Homebuilding & Renovating. Diakses tanggal 2024-08-22.
  64. "Timber treatment". weathertight.org.nz. 2010-10-18. Diakses tanggal 18 May 2019.
  65. 1 2 "Pinus / pine: Conifer Genus". American Conifer Society. Diakses tanggal 1 March 2022.
  66. The Complete Guide to Edible Wild Plants. United States Department of the Army. New York: Skyhorse Publishing. 2009. hlm. 78. ISBN 978-1-60239-692-0. OCLC 277203364. Pemeliharaan CS1: Lain-lain (link)
  67. "Pesto's official recipe". Campionato Mondiale Pesto al Mortaio. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 16 May 2021. Diakses tanggal 16 May 2021.
  68. 1 2 3 Angier, Bradford (1974). Field Guide to Edible Wild Plants. Harrisburg, PA: Stackpole Books. hlm. 166–167. ISBN 0-8117-0616-8. OCLC 799792.
  69. Zeng, Wei-Cai; Jia, Li-Rong; Zhang, Yan; Cen, Jia-Qi; Chen, Xi; et al. (March 2011). "Antibrowning and antimicrobial activities of the water-soluble extract from pine needles of Cedrus deodara". Journal of Food Science. 76 (2): C318–23. doi:10.1111/j.1750-3841.2010.02023.x. PMID 21535752.
  70. Robinson, J., ed. (2006). The Oxford Companion to Wine (Edisi Third). Oxford University Press. hlm. 568–569. ISBN 0-19-860990-6.
  71. Chalier, Pascale; Martinez-Lopez, Brais; Lacour, Marie Agnès; Rigou, Peggy (2024). "Extraction of turpentine essential oil from Pinus pinaster ait: Comparison of yield and composition between conventional- or microwave assisted-hydro-distillation and vacuum distillation". Sustainable Chemistry and Pharmacy. 41 101702. Bibcode:2024SusCP..4101702C. doi:10.1016/j.scp.2024.101702.
  72. "Turpentine Production and Processing" (PDF). New Zealand Institute of Chemistry. Diakses tanggal 1 September 2025.
  73. "Culture Trunks". College of Liberal Arts, University of Texas. Diakses tanggal 1 September 2025.
  74. Ulukanli, Zeynep; KaraböRklü, Salih; Bozok, Fuat; Ates, Burhan; Erdogan, Selim; et al. (December 2014). "Chemical composition, antimicrobial, insecticidal, phytotoxic and antioxidant activities of Mediterranean Pinus brutia and Pinus pinea resin essential oils". Chinese Journal of Natural Medicines. 12 (12): 901–910. doi:10.1016/s1875-5364(14)60133-3. PMID 25556061.
  75. "What Ink Stick Should You Choose For Japanese Calligraphy?". The Art of Calligraphy. Diakses tanggal 1 September 2025.
  76. Solanki, Seetal (2018-12-17). "5 radical material innovations that will shape tomorrow". CNN Style. Diakses tanggal 2018-12-17.
  77. 1 2 Dotsey, Calvin (7 January 2020). "The March of Time: Respighi's Pines of Rome". Houston Symphony. Diakses tanggal 19 April 2022.
  78. 1 2 3 "Scots pine mythology and folklore". Trees for Life. Diakses tanggal 2 September 2025.
  79. Pinon, Jean (2021). "Les Pins vus par les peintres" [Pines seen by Painters]. Revue forestière française (dalam bahasa Prancis). 73 (5): 583–596. doi:10.20870/revforfr.2021.7109.
  80. Eberhard, Wolfram (2003 [1986 (German version 1983)]), A Dictionary of Chinese Symbols: Hidden Symbols in Chinese Life and Thought. London, New York: Routledge. ISBN 0-415-00228-1, sub "Pine".

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]
  • Farjon, A. (2005). Pines (Edisi 2nd). Leiden: E. J. Brill. ISBN 90-04-13916-8.
  • Little Jr, Elbert L.; Critchfield, W.B. (1969). Subdivisions of the Genus Pinus (Pines). Misc. Publ. 1144 (Superintendent of Documents Number: A 1.38:1144) (Report). US Department of Agriculture.
  • Richardson, D.M., ed. (1998). Ecology and Biogeography of Pinus. Cambridge, England: Cambridge University Press. hlm. 530. ISBN 0-521-55176-5.
  • Sulavik, Stephen B. (2007). Adirondack; Of Indians and Mountains, 1535-1838. Fleischmanns, NY: Purple Mountain Press. hlm. 244 pages. ISBN 978-1-930098-79-4.
  • Mirov, N.T. (1967). The Genus Pinus. New York, NY: Ronald Press.
  • "Classification of pines". The Lovett Pinetum Charitable Foundation. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2004-06-03. Diakses tanggal 2004-01-17.
  • Mirov, N.T.; Stanley, R.G. (1959). "The Pine Tree". Annual Review of Plant Physiology. 10: 223–238. doi:10.1146/annurev.pp.10.060159.001255.
  • Philips, Roger (1979). Trees of North America and Europe. New York, NY: Random House. ISBN 0-394-50259-0.
  • Templat:Gymnosperm Database

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]